sang pengembara, pengembara nusantara. keliling indonesia, nusantara, indonesia, tomohon, cerita tomohon, manado, sulawesi utara,
Tomohon, Kehangatan dalam Dingin
editor tulisan : Eka Mahendra Putra
Adik kelas saya Gina beserta keluarga besar suaminya yudhy di tomohon
Hari itu tanggal 5 Juni. Saya ingin melanjutkan perjalanan pengembaraan saya ke Bitung, satu-satunya alat transportasi yang tersedia untuk perjalanan saya ke sana ada sebuah kapal yang harus saya ongkosi Rp 175 ribu.
Nanti, setelah sampai ke tujuan saya berniat berdiam diri beberapa saat di Manado sambil menunggu teman saya Annemie dari Belgia, semoga dia datang dengan selamat.
Singkat cerita setelah menempuh gelombang, akhirnya kapal yang kami tumpangi tiba di Bitung sudah agak malam, sekitar pukul 19.30 WITA. Berhubung hari sudah malam saya buru-buru mencari kendaraan yang akan mengantar saya ke terminal. Sebetulnya tidak terlalu sulit menemukan kendaraan ke sana, kita bisa bayar cuma Rp 4 ribu tapi konsekwensinya kita harus nunggu mobil yang kita tumpangi full penumpang.
Jelas, pilihan itu sulit untuk saya pilih saat itu karena hari sudah beranjak malam, makanya saya memilih membayar angkot Rp 15 ribu, ah sudahlah yang penting saya bisa cepat sampai ke terminal untuk melanjutkan perjalanan ke Manado.
Sampai di terminal ada bis yang memang trayek ke Manado dengan ongkos sekitar Rp 11 ribu. Sampai di Manado, lagi-lagi berhubung jam sudah beranjak naik saya memilih cepat-cepat mencari moda transportasi lain ke Tomohon.
Ke Tomohon dari Manado tadi saya harus naik 2 kali angkot masing-masing bayar Rp 8 ribu. Sudah sampai? Belum!
Karena dari tempat angkot ngetem itu mau benar-benar ke Tomohon saya harus rental lagi mobil colt Rp 15 ribu, thanks God! Karena colt ini benar-benar mobil terakhir menuju Tomohon.
Tapi di perjalanan saya berpikir, sepertinya perjalanan ini memang sudah 'dipersiapkan' untuk saya, karena dari kedatangan kapal sampai naik colt ini semuanya lancar padahal jam di tangan sudah di angka 8.
Nah, saya bilang perjalanan ini sepertinya sudah 'dipersiapkan' karena sampai di sana saya beruntung punya adik kelas semasa kuliah yang mau menampung saya di rumahnya. Padahal saat itu sudah jam 23.00 WIB atau sekitar pukul 22.00 WITA, jam yang lumayan malam untuk 'bertamu'.
Bukan hanya diizinkan untuk menginap, bahkan ternyata kedatangan saya ke rumah mereka sudah dipersiapkan. Jamuan makan malam dipersiapkan ia dan istri, Oiya, adik kelas saya itu namanya Gina dan sudah bersuami, namanya Yudhy. Usai makan malam yang nikmat dalam kesederhanaan itu saya dan Yudhy duduk sambil berbincang, sedikit bernostalgia dan bertukar kisah dan pengalaman. Malam yang menarik. Dan tentu saja, malam yang dingin di Tomohon.
Esok harinya, tanggal 6 Juni, aroma pagi di Tomohon yang dingin membuat semangat baru. Sebungkus minuman energi saya keluarkan, kompor butut pun turut menyertai. Seduhan minuman energi hangat itu cukuplah saya rasa untuk menemani guratan sinar mentari pagi yang diam-diam berusaha masuk ke pori-pori kulitku yang mulai melegam.
Dengan gelas yang masih berisi minuman hangat dan asap yang masih malu-malu keluar dari bibir gelas, mata saya tertuju ke sepasang suami-istri itu.
Betapa hebatnya Gina dan Yudhy, mereka berdua bersama memandikan anak, tanpa mereka sadari sedari tadi mata saya tertuju aktifitas mereka yang begitu memburatkan kebahagiaan, sederhana, bersama, bahagia, tertawa, sesekali mendapat rengutan sang anak yang kedinginan membuat saya sedikit menundukkan wajah. Suatu hari, nanti, saya ingin seperti itu.
Lamunan saya dihentakkan suara Yudhy yang mengajak saya ke pasar yang terkenal dengan ekstrimnya. Karena di pasar itu bermacam-macam binatang di jual.
Sampai di pasar, saya langsung menyetel kamera yang sengaja saya bawa karena Yudhy sudah mengatakan pasti saya akan mendapatkan banyak foto-foto bagus di sana. Benar saja kamu Yud, di sana banyak binatang-binatang yang ekstrim untuk dijual. Ada beberapa binatang yang sempat saya potret, terutama kucing dan anjing, teman-teman bisa melihat hasil jepretan itu.
foto binatang yang diperjual-belikan di pasar ekstrem tomohon
Pulang dari pasar, kami langsung menuju rumah, lagi-lagi kesederhanaan yang hakiki dan mengundang iri terpotret kembali dari keluarga Yudhy.
Oiya, di waktu-waktu yang kosong saya selama di rumah Yudhy, saya mau berterimakasih kepada adiknya, Vincent yang baru kelas 4 sekolah dasar. Bersama Vincent saya sering menghabiskan waktu. Saya mengajarkan dia memancing.
vincent adik yudhy yang menjadi teman saya bermain selama di tomohon
"Sederhana menurut saya, ya seperti ini, memasak ikan yang kau pancing di kolam, memetik sayurnya lalu kau memakanya dengan dabu-dabu khas Manado," itu kalimat yang tiba-tiba muncul dalam benak saya.Pemandangan pagi di tomohon
pemandangan gunung lokon
Tomohon banyak sekali kita jumpai taman bunga